Sesungguhnya Amal itu Tergantung Pada Niatnya Kunjungi Kami!

Tundalah, Kesempatan ada duanya

Apa yang Anda rasakan, ketika mencoba “menunda” BAB saat perut sudah tidak dapat diajak bersahabat?

Apa yang Anda rasakan, ketika dokter menunda pengobatan rasa sakit Anda saar keadaan sudah semakin kritis?

Mungkin di antara Anda mengagumi mereka yang menganggap sampah di UKM sebagai manifestasi dari pikiran “Yassiru wa laa tu’assiru”—anggaplah semuanya mudah, dan jangan persulit diri. Urusan UKM di nomer satukan, masalah kebersihan adalah nomer sekian.

“Yassiru wa laa tu’assiru” kita rangkai dalam rangkaian belajar menunda. Anggaplah menunda sebagai pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Nah, untuk selanjutnya, jangan persulit diri bahwa menunda adalah hal yang sulit untuk terealisasikan. 

Di antara beberapa kejadian yang ada justru memperparah kejadian untuk selanjutnya. Itu terjadi akibat tidak adanya keengganan untuk belajar menunda-nunda. Maka, alangkah baiknya untuk menghentikan menunda, kita harus  belajar menunda segalanya yang amat penting hingga kita merasakan bahwa kita telah menyiak-nyiakan kesempatan yang ada.

Untuk sementara waktu, tundalah tugas Anda seminggu ke depan. Misalnya; mengerjakan tugas dosen, mencuci pakaian, Tidak membersihkan kamar kos, dll. Sampai Anda merasakan titik-jenuh akibat perbuatan penundaan yang Anda lakukan. 

Jadilah orang yang bosan menghadapi hidup ini. Bosan menjalankan penundaan yang dilakukan saban hari. Aneh dan nyata, rutinitas seringkali menjadi alasan mengapa seseorang bosan. Padahal, rutinitas menunda tidak pernah menjadikannya bosan. Ternyata, yang menjadi masalah utuma apakah seseorang bosan atau tidak bukan terletak pada rutinitas itu sendiri, tetepi lebih disebabkan pada perasaan yang dialaminya terhadap rutinitas tersebut. 

Penundaan yang dilakukan tidak hanya merugikan dirinya sendiri. Namun juga orang yang berada di sekitarnya. Mereka juga bisa menjadi korban dari akibat penundaan yang Anda lakukan setiap saat—tanpa disadari.

Belajarlah menunda kesenangan dengan menjadikannya sebagai reward (hadiah) dari kesulitan yang kita alami.  Biasakan memakan pahitnya terlebih dahulu sebelum manisnya. Seperti orang yang akan makan buah durian, ia harus berupaya menghadapi tantangan duri untuk menikmati nikmatnya makana durian. Tundalah pahitnya pekerjaan se-jam, maka anda akan menikmatinya setelahnya selama enam jam.

Tundalah kesenangan, untuk mendapatkan kenikmatan yang lebih besar. Kesempatan bersenang-senang datang untuk yang kedua kalinya. Sedangkan kesempatan memanfaatkan peluang “melakuan” hanya datang sekali saja. Belajarlah menunda kesenangan, dan jangan sekali-kali menunda pekerjaan. Belajarlah menunda pekerjaan, maka anda tidak akan memiliki kesempatan mendapatkan kesenangan.

Jika Anda mencoba untuk bosan merugikan orang lain, maka bosanlah terlebih dahulu terhadap rutinitas penundaan yang sering Anda lakukan. Intensitas kepercayaan akan kemampuan  untuk bosan terhadap penundaan tergantung perasaan terakhir yang ditimbulkan setelah melakuan penundaan. Jika kesan positif didapat setelah melakuan penundaan, maka jangan harapkan kita masih tetap tidak bosan terhadapnya. Solusinya, tinggalkan kesan negatif terhadap penundaan dan lakukan sesering mungkin.

Ingat, hal yang mudah ditunda adalah hal yang penting dan sulit. Kita jarang menunda kesenangan diri kita sendiri, justru hal yang membebankan diri kita selalu mudah untuk ditunda. Tak pelak lagi, penundaan tugas oleh mahasiswa semakin menumpuk, penundaan bayar hutang oleh orang yang berhutang akan semakin memustahilkan diri membayar utang secara lunas. 

Belajarlah menunda makan sampai anda ‘benar-benar’ dalam keadaan lapar. Maka, dijamin anda akan merasakan kenikmatan lebih dibanding dengan makan namun dalam keadaan belum lapar. 

Untuk kemudian, prioritaskan hal-hal yang akan dilakukan, mana yang penting, dan mana yang tidak penting? Mana yang pokok dan mana tidak detail? Lakukanlah dengan melakukan segalanya secara sistematis. Jangan sampai kembali ke jalur yang sudah dilalui untuk sampai ke tempat yang akan dilalui.

Hiduplah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup untuk selamanya, dan hiduplah untuk hari setelah kehidupan dunia seakan-akan kamu akan meninggalkan kehidupan ini pada esok hari.  Dengan demikian, persembahkanlah dari kehidupanmu yang terbaik. Katakana, inilah persembahan terbaikku. Dan tentunya, persembahan terbaik tergantung pada bagaimana kita tidak menundanya. Tidak menunda itu sendiri sebenarnya adalah persembahan yang terbaik.

Sehingga, dengan memberikan yang terbaik dari hidupmu, kau tidak lagi “memakasi kaos kaki busuk penundaan” yang baunya menyengat orang-orang yang berada di sekitar diri anda.

Semut, setiap hari tidak pernah menunda mencari makan. Menunda berarti membunuh diri sendiri. Kecamkan dalam hati, menunda sama halnya memperkuat potensi untuk menunda yang kedua dan seterusnya. Sedangkan sebaliknya, memperkuat kekuatan keyakinan terhadap diri sendiri. Dan membunuh ketakutan terhadap sesuatunya.

Jangan takut untuk melakukan sesuatu, hingga kau berani menundanya. hadapilah, dan semuanya akan terasa baik-baik saja. Sepeda motor hanya dapat berdiri tegap dan seimbang saat sudah berjalan, jika berhenti, ia membutuhkan sesuatu untuk menyeimbangkan tubuhnya. Begitu pun dengan hidup ini, untuk dapat tegap menjalankan kehidupan ini, seseorang memerlukan gerakan yang dilakukan dengan segera.

Maka, alangkah baiknya targetkan diri untuk menghilangkan kebiasaan menunda dalam waktu 21 hari. Jika tidak, kebiasaan buruk ini akan menjadi karakter diri kita. Hingga akhirnya sulit dihilangkannya. Dan selamat mencoba untuk bersusah terlebih dahulu, untuk melengkapi kesenangan lebih di kemudian. 

About the Author

Master of Psychology | Writer | Content Creator | Adventurer

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.