Sesungguhnya Amal itu Tergantung Pada Niatnya Kunjungi Kami!

Menghadapi Orang Negatif


Masing-masing orang memiliki pikiran dan mindset mereka sendiri. Tidak semua orang mengerti, memahami dan menerima  dirimu. Mbah Nun mengatakan, mustahil mengharap apa yang ada di luar dirimu sesuai dengan apa yang kamu inginkan dan harapkan tanpa melibatkan Allah SWT. Beberapa orang tidak dapat menerima dengan lapang dada, bahkan merusak hubungan demi kepentingan. Berdamailah dengan kenyataan tersebut. 

Seseorang akan selalu hidup bersama orang lain. Ia akan terus bersinggungan dan membutuhkan orang lain. Sekalipun ia orang terkenal dengan kebaikannya dan dicintai oleh kebanyakan orang selalu menyisakan beberapa orang yang tidak menyukainya. Ada yang menyukai, ada yang membenci. Ada yang mendukung ada yang menghambat langkahnya. Selama masih hidup, dan berdampingan dengan orang lain maka pasti akan selalu ada orang yang tidak menyenanginya. Kecuali, ia hidup sendiri di tempat menyendiri—tanpa kehadiran seorang pun selamanya. 

Kebebasan sosial media meramu sistem perundungan. Seseorang tak perlu bertanggungjawab atas kalimat yang dilontarkannya untuk menjatuhkan orang lain. Karena mereka merasa identitasnya tak diketahui. Nama anonim menjadi andalan mereka berbuat semaunya. Bahkan, di era pemilihan pilpres misalnya, tim buzzer begitu tak mencerminkan manusiawi. Mereka merasa tak diketahui dengan identitas anonim. Sangat disayangkan. 

Beberapa waktu lalu, saya sempat bertemu dengan Om X, selegram Banyuwangi. Banyak komentar negatif tentang penampilannya di Instagram. Alisnya teballah, runcing seruncing banyot orang lain padanya. Ia tetap santai, ia menghadapi itu semua “terserah saja, yang penting tidak merugikan orang lain.” Saya akui, ia benar-benar kuat dan tabah menghadapi nyinyiran orang yang tak bertanggungjawab.

Keabstrakan melahirkan mereka berbuat tanpa berpikir, berkata tanpa merenunginya. Andaikan tahu bagaimana kata-kata buruk berdampak sedemikian parah bagi orang lain. Akhir-akhir ini, banyak orang terganggu mentalnya. Bunuh diri semakin intens. Salah satunya adalah perundungan bahkan bullying dan kekerasan fisik. Sedemikian parahnya, orang yang terbiasa nyinyir tidak merasa akibat tindakan mereka. Kesalahan dialamatkan kepada mereka yang bunuh diri. “Salahnya, mereka tak bisa mengatur emosi dan menfilter ucapan orang lain. Salahnya, kok masih mau mendengar ucapan mereka.” Tidak semua orang bisa menerima ucapan orang lain.

Di balik sikap agresif seseorang menyisakan sebab yang tak terelakkan. Ia menjadi sedemikian bukan karena dirinya jahat, kadang kondisilah yang membentuknya. Orang akan berpikir, jauh A, karena dia agresif. Menyalahkan dan menyudutkan dirinya. Padahal, mengapa ia berbuat demikian tidak pernah terpikirkan. Seringkali kita temukan fakta, tak disangka-sangka, misalnya sosoknya pendiam tetapi pembunuh bagi keluarganya. Sosoknya kelihatan baik tetapi ternyata pembulying. Bagi yang hanya melihat kasus dari kulitnya, kesalahan dialamatkan kepada pelaku. Memang mereka salah, tetapi tentu ada alasan mengapa mental mereka terbentuk sedemikian.

Seandainya semua orang berdiri dengan persepsi yang sama terhadap “apa yang normal” maka tidak akan tercipta perselisihan. Kenyataannya berbeda, semua orang memiliki persepsinya masing-masing dengan segala kepentingan yang terselip di dalamnya. 

Seringkali karena berbeda, kita cenderung mengecapnya sebagai sesuatu yang aneh dan meremehkan mereka. Karena mereka tidak mau mengikuti pilihan kita, kita pun gusar berbalik menyerang dengan tidak menghargainya. Sulit bagi kita agar orang lain memiliki pilihan yang sama dengan apa yang kita inginkan. Penghormatan terhadap perbedaan pilihan, pemikiran dan persepsi perlu dibangun dalam jalinan keseimbangan. Tentang win-win solution, bukan hukum “kalau aku berhasil, berarti kamu kalah.”

Vex King dalam keragaman memberikan suatu sorotan menohok. Bagaimana para selegram atau artis yang memiliki jutaan menggemar juga memiliki haters yang tak terkira jumlahnya. Ada banyak bentuk hujatan mereka yang dilafakan. Sayangnya, setiap orang membaca masing-masing kitab suci kepercayaannya, tetapi gagal mempraktekkan nasihat kitab suci dari apa yang mereka baca. Mereka membaca dan melafakan kitab suci, tetapi perilaku mereka najis. Merasa dirinya suci dan menghakimi perbuatan orang lain karena hanya tidak sejalan dengan prinsip mereka. 

Tidak mungkin menghindari sejauh mungkin dari paparan vibrasi negatif dari orang-orang negatif (toksik). Menjaga jarak dari mereka sangat sulit dihindari sementara diri sendiri hampir tak mampu melakukan apa-apa untuk menghindarinya. Berikut hal yang harus diperhatikan untuk menghindari orang-orang negatif. 

Aku Menderita, Kamu Juga Harus Menderita

Tak serangpun rela melihat kesuksesanmu. Seringkali seseorang merasa puas melihat kegagalan orang lain. Senang melihat orang lain dihina dan  diejek. Mereka menganggap, pastaslah menerima perlakuan itu semua akibat perilakunya sendiri. 

Orang dengan vibrasi rendah tak rela melihat orang bersuka cita. Ia ingin menyeret orang lain dalam penderitaannya. Ia ingin orang lain juga merasakan apa yang dideritanya. Saat ia gagal, ia ingin orang lain merasakannya. Anehnya, saat mereka sukses ia tak ingin orang lain juga ikut merasakannya. 

Mereka pun tak suka bila ada seseorang perhatian dan berbuat baik kepada orang lain. Sementara dirinya, tidak mendapatkan perlakuan yang sama. Ia merasa dideskriminasi dan tak adil. Kebencian mereka semakin memuncak. Tanpa menyadari, barangkali orang bersikap demikian karena perilaku mereka yang toksik. 

Hindairlah orang yang negatif demikian. Mareka belum menyelesaikan masalah ketoksik-annya pribadinya sendiri. Mereka hanya mengharap ingin kamu sama-sama merasakan penderitaan oleh perilaku mereka sendiri, meski kamu tak ikut campur dengan mereka.

Orang Menentang Kemajuan

Bila saja kamu tidak menonjol dari yang lain, maka orang toksik tidak memiliki alasan kuat untuk membencimu. Mereka tidak rela akan kesuksesanmu. Kebencian orang lain menjadi petanda bahwa ada kemajuan pada dirimu. 

Para pembenci merasa terancam, cemburu dan terluka oleh kemajuan diri kita. Ada perasaan tersaingin, atau tidak ada tempat bagi mereka dan juga membatasi perjalanan kesuksesan mereka. Orang seperti ini tak henti-hentinya selalu menunjukkan sikap tidak suka, baik secara langsung atau tidak langsung atas kesuksesan orang lain. Orang seperti ini tidak sadar, keyakinan mereka, pikiran mereka justru menjadikan dirinya tak berdaya bahkan semakin terpuruk. 

Orang semacam ini akan selalu hadir dalam perjalanan hidup. Mereka sulit berubah. Meraka senang bila kegagalan dihadapi kita. Mereka terus mengganggu. Pilihan terbaik, jangan bersikap reaktif. Biarkanlah mereka demikian, karena sikap merekalah yang akhirnya menjatuhkannya sendiri. Mereka inginkan diri kita menjadi reaktif oleh gangguan mereka. 

Keburukan Dibalas dengan Keburukan

Cara seseorang bertindak dengan dunia luar merupakan cerminan hubungan dirinya dengan dirinya sendiri. Saat seseorang yang membuatmu bersalah, sebenarnya merekalah yang salah. Namun seolah-olah itu kesalahanmu. Ini hanya berlaku bagi orang yang tak mau disalahkan dan sepenuhnya kesalahan ada pada orang lain. 

Sebagaimana orang yang disakiti cenderung menyakiti orang lain. Ia tidak dapat menerima kenyataan itu, berdamai dengan kondisi yang dihadapinya. Akibatnya, orang lainpun akan disakitinya. Pelampiasan semacam ini tidak mendatangkan solusi apapu. Justru, agresifitas dirinya semakin kuat dan menjadi-jadi. Ia semakin terbiasa menyakiti orang lain dengan verbal atau non-verbal.

Pelampiasan emosi negatif kepada orang lain ibarat membenturkan diri kepada dinding. Dinding boleh hancur, tetapi rasa sakit itu justru dialami oleh pelampias. Ia kesakitan oleh perilakunya sendiri. Dinding hanya terdiam tersenyum, karena ia benda mati, dan tak merasa merasa bersalah atau menanggung masalah yang dihadapi orang lain. 

Kamu Salah Karena Berbeda

Kecenderungan seseorang merasa tertarik pada seseorang yang memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Ada beberapa hal yang mengatakan, meniru perilaku seseorang mendorong seseorang menyukaimu dan merasa nyaman. 

Sebaliknya, seseorang cenderung tidak merasakan kedekatan dengan individu yang berbeda dengan diri mereka. Atau perbedaan yang terlalu jauh. Dan seseorang yang berbeda darimu mungkin menganggapmu aneh. Akibatnya, mereka sulit memahamimu ataupun berkeinginan untuk memahamimu, karena energimu tidak selaras dengan diri mereka. 

About the Author

Master of Psychology | Writer | Content Creator | Adventurer

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.