Sesungguhnya Amal itu Tergantung Pada Niatnya Kunjungi Kami!

Pekerjaan Toksik

Kalau sudah tahu berlumpur, maka menghindarlah. Seringkali lingkungan tidak menjadi prioritas dalam mendapatkan pekerjaan, menuntut ilmu atau berkeluarga. Pekerjaan tak lepas daripada orang-orang yang bermacam-macam di dalamnya. Ada yang pro—dapat mendukung kita, atau justru toksik—suka menyalahkan dan memandang rendah diri kita. 

Andai kita hidup di zaman penjajahan, romusha menjadi bagian yang tak dapat menghindar. Ia tak hanya menghadapi penjajah toksik, tetapi penjajah pencabut nyawa. Jalan-jalan yang terbentang dari Jawa Barat hingga panarukan Jawa Timur memakan banyak korban. Andai saja waktu itu masing-masing boleh memilih bekerja dengan siapa, ia tak akan mau menghadapi lingkungan toksik apalagi penjajah. Nyawa taruhannya. Kondisilah yang memaksa mereka membela tanah air.

Lingkungan toksik ada di sekitar kita. Terkadang di kantor, di perjalanan atau di dalam rumah kita sendiri. Bertahan dengan mereka menyakitkan bathin. Vibrasi meredup dan hanya bersuara negatif. Semakin bertahan, semakin terluka. Menghindar tak bisa, bertahan menahan perih. Terutama kalau lingkungan toksik itu ada di dalam keluarga. 

Di lingkungan kerja ada beberapa orang toksik yang juga tak dapat terhindarkan. Berdiam di rumah artinya tak bekerja, maka tak ada “pemasukan”, bekerja namun dipertemukan dengan orang toksik. Orang ini akan membuat kita hidup sengsara. Mementingkan dirinya, dan tidak respect terhadap orang lain. Meski demikian, untuk berhenti bekerja dibutuhkan waktu dan banyak pertimbangan. 

Sangat beresiko untuk menghindar dari orang toksik yang sudah menemani sekian lama. Terjun ke dunia baru yang penuh dengan tantangan dan penyesuaian. Keamanan finansial terancam dan menjadi taruhan. Kecuali, memiliki passif income atau tabungan. 

Tetapi masalah di mana saja tetap ada. Di lingkungan baru pun tak lepas daripada orang toksik. Belajar menghadapi mereka, meski tak selalu menyisakan kedamaian dalam dada. Mental teruji sekuat baja. Cobaan dan rintangan memberikan dampak positif dan negatif sekaligus. Tergantung bagaimana kita mengelolanya. 

Bekerja bersama toksik setidaknya menaruhkan sepertiga dari hidup. Pikiran dan perasaan ikut “terlumuri” oleh tingkah toksik. Ada varian daripada model bekerja mereka. 

Kaku & Kurang Fleksibel

Pada umumnya orang toksik bekerja dengan kaku, tak dapat menikmati setiap proses yang ada. Ia kurang fleksibel di dalam menghadapi tantangan yang ada. Elemen keseimbangan perannya tak terwujud. Bila bekerja, mungkin sebagai pekerja keras. Namun, di belakang ada yang dikorbankan. 

Ia tak sadar telah mengorbankan anaknya yang kurang perhatian. Atau istri tak pernah diberi perilaku harmonis dan romantis. Bila sebagai anggota masyarakat, ia dikenal sebagai pekerja keras namun kurang bersosial. Tetangganya sakit ia tak datang, ada yang mati ia justru sibuk dengan pekerjaan. Ia memilih mematangkan di satu peran pekerja di banding menyeimbangkan dengan peran lain; sebagai ayah, anak, anggota keluarga atau anggota masyarakat. 

Berlebihan

Di balik perilaku berlebihan terkadang kekecewaan dan pelampiasan. Bila Anda mendapati istri Anda di dapur terus, masak terus maka harus peka. Jangan-jangan uang jajan macet tak tersalurkan. Atau anak-anak yang bermain di luar sana lupa waktu pulang. 

Berlebihan bisa juga tak bermakna. Ia merasa tak berguna atau apa yang dikerjakan tak berarti apa-apa. Atau ada masalah di dalam keluarganya yang tanpa disadari terbawa ke tempat kerja. Di tempat kerja ia melampiaskannya dalam tindakan berlebihan. 

Sebagai pimpinan, ia tak memberi tolerir sedikitpun. Tak masuk akal dan secara tegas tak segan untuk menindak bawahan yang tak mau menurut. Tertuang dalam larangan yang berlebihan atau pembiaran yang tak berkesudahan.

Kurang Menaruh Respek

Beberapa aturan dibuat sedemikian rupa. Musyawarah tetap dilaksanakan, panggung demokrasi ditegakkan. Namun itu hanya bersifat semu. Pada akhirnya, pendapat dirinya sendiri yang diambil. Ia menyerang pendepat orang lain, dan mencari kelemahannya. Pendapat pribadinya ditawarkan dan diperkuat dengan argumentasi yang kokoh. 

Ia mungkin tahu kelebihan pendepat lawan. Namun gengsi untuk mengakui. Ia menyerang daripada berkolaborasi dalam musyawarah tersebut.

Banyak Mengatur Tapi Tak Mau Diatur

Aturan sebenarnya dibangun atas visi dan misi bersama. Menyangkut kepentingan bersama. Bila kepentingan itu melenceng dari apa yang disebut misi bersama, maka pasti akan ada yang dimanfaatkan. Biasanya, orang toksik hanya membikin aturan sedemikian rupa tapi hanya untuk kepentingan pribadinya namun seolah-olah itu tujuan bersama.

Aturan yang telah diputuskan harus ditegakkan. Masing-masing anggota tidak sadar bahwa pada akhirnya aturan itu tidak lain untuk kepentingan pribadinya. Kalau mau tahu apakah demikian, cobalah rubah aturan itu berdasarkan alasan logis dari dirimu. Mau tidak ia mengubah aturannya? 

About the Author

Master of Psychology | Writer | Content Creator | Adventurer

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.