Sesungguhnya Amal itu Tergantung Pada Niatnya Kunjungi Kami!

Jam Tangan

“Jam tangan berputar dari porosnya yang terletak di tengah. Karena, dengan begitu akan dapat bergerak ke tempat semula. Harus ada yang diguncang. Untuk menunjukkan pergerakan, sehingga bisa menunjukkan.”

Seorang anak suatu ketika bertanya kepada bapaknya, “Bapak, benda apa ini?” Bapak tersebut menjawab, “Itu namanya jam?”  kemudian, si anak menimpalinya, “Apa gunanya jam itu pak?” “Jam menunjukkan waktunya”. “O... kenapa ada waktu pak?” Bapak terdiam sejenak, kemudian menjawab “Untuk menunjukkan bahwa kita makhluk hidup yang ‘berubah’”.  Sebagai sebuah masa, waktu tak berdiri sendiri. Ia terbagi atas dirinya sendiri; lalu, sekarang dan kemudian. Waktu, berputar, jam berdetak tanpa henti. Setiap detik, pertaruhan dan pengorbanan dibutuhkan untuk sesuatu; keinginan dan harapan. 

Tentu saja, waktu bukanlah segala-galanya. Padanya, petunjuk tercipta; sejauh manakah perubahan telah tercapai. Katakanlah kenyang di waktu sekarang, sebagai petunjuk dari adanya masa sebelumnya yang lapar. Tak mungkin sebuah kesudahan tanpa didahului oleh perbedaan. Habis gelap, terbitlah terang. Semua “silih berganti” dan demikianlah Tuhan menciptakan segalanya. Kelaziman perbedaan sekarang dan yang lalu bukan perkara muthlak. Namun, kenyataan dikatakan berubah bila waktu dan perbedaan pada sudut waktu “ditemukan”.

Gerakan itu berasal dari jarum jam tangan, tiada kelelahan pada setiap tahap perjuangan. Berputar pada porosnya mengintari angka 12-1, dan tak ada bosan-bosannya. Hanya dengan begitu, tak pernah bosan bergerak sekalipun bergerak “memutar” dari usaha, sebuah manfaat didapatkan. Ketika kita sudah merasa bosan, berarti menyerah kepada titik nadzir.  Bagaimana mau bermanfaat, melangkah berputar saja dijadikan kendala mengapa langkah terhenti. Bukankah setiap usaha, dan percobaan yang dilakukan ‘mengintisarikan’ sebuah pelajaran berharga?”

Dalam gerakan, ada manfaat. Tanpa bergerak, jam tak akan berguna sama sekali. Ia terbuang dari alat yang memudahkan kehidupan. Apalagi, bergerak dengan konsisten dan jejeg saban waktu; di sini manfaat akan terasa. Meskipun manusia bukan jam tangan yang berupa mesin, namun manusia memiliki perasaan dan pikiran. Keduanya, yang akan dapat mengungguli manusia dari mesin. Mesin rusak, sudah tak dapat dipakai kembali. Manusia, sekalipun seperti apa pun bentuk mentalnya, ia bisa diperbaiki. Maka, konsistenlah dalam setiap apa yang dilakukan. Darinya, ‘pergerakan’ akan ‘menghasilkan lebih’.

Sudah tentu, segala keinginan merupakan hasil dari usaha. Bila tidak, berarti hal tersebut bukanlah sesuatu yang diinginkan. Masalahnya, masing-masing kita kadang frustasi akibat kekecewaan yang berkepanjangan. Yaitu, hanya gara-gara apa yang terjadi tak terbayar oleh pengorbanan, ketidaksesuaian kenyataan dengan harapan. Sungguh, ini pasti akan sangat menyakitkan bahkan merusak ‘motivasi’ usaha yang dilakukan. Mari perhatikan jam yang berputar, setiap langkah adalah keberhasilan.  Berhenti melangkah, berarti tak ada keberhasilan menunjukkan waktu. Di setiap kehendak bergerak mencapai sesuatu ‘adalah keberhasilan’ di atas macam keberhasilan yang lain. Teruslah melangkah, di setiap langkah ada keberkahan dan semangat yang merasuki. 

Titik demi titik sudah dilalui, kita kadang sudah bosan dan tak sanggup menyelesaikan pekerjaan. Padahal, seperti pada umumnya, di sinilah ujian terberat, dan nyatanya ‘pintu keberhasilan’ sudah di depan mata. Tinggal selangkah lagi, keberhasilan akan terbuka. Mari! Lihatlah berapa banyak keberhasilan yang berarti justru datang setelah keputusasaan ‘memuncak’. Para pencari jodoh, dari mereka yang telah berkeluarga menuturkan. Saat keikhlasan dari segala usaha dikerahkan, ketika tak ada yang datang untuk meminang. Di saat itulah, keajaiban sebuah ikhlas datang. Kebahagiaan menghampiri. 

Lihatlah kembali kepada perputaran jam, saat ia berada di angka enam tak pernah melihat angka yang segaris vertikal yaitu angka duabelas. Ia terus bergerak berlahan dengan cara tak langsung berusaha mencapainya, ia hanya berputar dan menikmati saat demi saat. Tibalah, saatnya ia sampai di angka dua belas. So, kebosanan akibat belenggu ambisi yang kuat sangat berbahaya. Nikmatilah setiap moment, sampai akhirnya ketidaksadaran euforia menghantarkan kepada tujuan. 

Kuncinya, agar kau tak cepat bosan jangan sekaligus ‘memakan’ sesuatu langsung habis. Maksudnya, dalam bekerja jangan langsung berambisi mencapai keinginan yang besar. Tahapan demi tahapan sangatlah penting, demi menjaga kestabilan emosi. Kita bukanlah mesin, dibutuhkan “tahapan” dari jenis usaha apapun. Sebagaimana perasaan cepat berubah, mood juga mudah berubah. Beristirat menjadi pilihan, saat pikiran tak mampu mengubah perasaan menjadi semangat kembali. 

Sebagaimana ketika rintangan menghadang, permasalahan dihadapkan. Berusahalah menyelesaikannya dari yang termudah, tidak langsung berupaya ‘melawannya’. Karena, akhirnya akan mengarahkan kepada kesakitan dan ketidaknyamanan. Jam tak langsung berupaya memutar jarum yang lebih besar, namun ia mengawali dari jarus yang lebih kecil dan yang paling kecil dengan gerakan yang lebih cepat dari jarus yang lebih besar. Ya, di sinilah pergerakan yang paling asyik. 

About the Author

Master of Psychology | Writer | Content Creator | Adventurer

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.