Waktu itu, istri saya duduk sendirian di amperan rumah. Pagi yang sejuk memberinya suatu harapan. Ada keinginan yang terpendam, ia ingin sekali menikmati nikmatnya buah mangga. Ia berdoa, semoga hari itu ia bisa segera menikmatinya.
Beberapa saat kemudian, tanpa disangka dan disadari datanglah seseorang bertamu. Menghadiahkan beberapa buah mangga. Pas seperti apa yang diharapkannya. Dalam hatinya ia mengucapkan, “Alhamdulillah, Engkau mengabulkan keinginan hamba-Mu, yaa Rab.” Buah ini langsung dipetik dari pohonnya. Masih segar dan tampak getahnya. Perempuan itu itu menyebutnya mangga arum manis. Wah, ini luar biasa. Min hautsu laa yahtasib.
Saya sendiri selalu yakin, Allah itu mbothen sare. Allah selalu terjaga mengawasi setiap hambaNya; yang kesusahan, yang dalam kondisi senang dan berbagai kondisi yang dihadapi. Tetapi, khusus bagi orang yang berdzikir (baca; mengingatNya) dalam segala gerik dan tarikan nafas, Allah menyertaiNya.
Allah merespon apa yang menjadi getaran hati seorang hambaNya. Lebih-lebih kepada mereka yang benar-benar pasrah dan menggantungkan sepenuhnya hanya kepada Allah. Seseorang seringkali putus asa dan membuat kesimpulan bahwa uang adalah segala-galanya. Tanpa menyadari bahwa ada Allah yang Maha segala-galanya.
Apa yang dipikirkan menjadi semacam pemancar atau penangkap gelombang yang semisal. Saat pikiran dan perasaan dalam mode positif, maka apa yang tertangkap oleh pemancar adalah positif—meski menurut perhitungan orang lain dianggap negatif. Positif atau negatif suatu hal tergantung bagaimana melihatnya. Sebut saja kemacetan, ia bernada negatif bagi pengendara namun kemacetan tetaplah hal positif bagi penjual asongan. Perspektif menentukan perbedaan.
Apalagi dihubungkan dengan perspektif Allah yang Maha Tahu akan kehidupan ini. Bisa jadi, ban kempes yang kau alami adalah cara Allah menyelematkanmu dari musibah yang lebih besar. Di sinilah kita diharuskan untuk teguh berhusnudhan kepada Allah SWT dan kepada makhluk-makhlukNya.
Kita menyebutkannya sebagai husnudzan. Mereka menyebutkannya sebagai hukum tarik menarik (law of attraaction). Anggapan dasar hukum ini adalah bahwa semua benda diciptakan dari atom yang merespon getaran dari benda-benda di sekitarnya. Apa yang dipikirkan dan dirasakan dengan mode negatif, maka yang tertarik ke dalam dirinya juga negatif.
Agar hukum tarik menarik ini bekerja, maka seseorang harus “selalu” berpikir dan berperasaan positif. Sayangnya, manusia juga diberi berbagai macam pikiran dan emosi negatif. Diciptakanlah pasangan dari pada emosi itu sendiri. senang-sedih, semangat-letih, positif-negatif dan sebagainya. Artinya, hukum tarik menarik menafikan emosi negatif. Sejatinya, manusia tak mungkin lepas daripada pikiran dan perasaan negatif.
Allah SWT menyebutkan dalam al-Qur’an, “Wa laa tahzan, innaallaha ma’na” (Janganlah kau bersedih, sesungguhnya kamu bersama Kami). Dialah yang menciptakan rasa sedih, dan Dia juga tak mengingkari manusia juga akan mengalami rasa sedih. Apakah sedih adalah negatif? Bagi hukum tarik menarik adalah benar, bahwa sedih adalah emosi negatif yang menarik bagi hal negatif lainnya. Tetapi, berbeda dengan sedih menurut Allah SWT. Sedih untuk dosa-dosa kita justru adalah hal positif.
Salah satu hikmah daripada diciptakannya makhluk berpasang-pasangan di dunia ini adalah agar saling menyadari akan hadirnya akan yang lain. Diciptakan malam, agar menyadari begitu pentingnya siang. Diciptakannya besar, agar sesuatunya terdefinisikan sebagai kecil. Diciptakannya kesedihan, agar ia menyadari bahwa kebahagiaan pun tak akan berarti tanpa didahului oleh kesedihan.
Allah SWT melarang kita jangan berlarut-larut dalam segala hal. Dalam kesedihan, dalam kesenangan, pikiran yang positif atau negatif. Karena keberlarutan dalam hal demikian sangat merusak jiwa dan pikiran.
Allah Merespon Isi Hati Kita
Berawal dari premis, “Allah sesuai prasangka hambaNya kepadaNya”, dan ayat al-Qur’an “Fadzkuruuni adzkurkum.” Saya sangat yakin, apa yang menjadi perhatian kita, sejauh itu perhatian memberikan kepada kita.
Bahkan, Ibnu Athaillah mengatakan, kalau kita ingin tahu posisi kita dihadapanNya, maka sejauh mana kita melibatkanNya dalam kehidupan. 24 jam waktu yang dilalui, berapa jamkah Allah kita libatkan dalam kehidupan? Apakah hanya ketika shalat lima waktu? Atau hanya ketika kita membaca al-Qur’an?
Bila hukum tarik menarik berlaku respon dan getaran dari benda-benda sekitarnya. Allah justru lebih dahsyat dan lebih cepat merespon apapun yang ada di dalam pikiran hambaNya. Berdoalah kepadaNya di manapun dan kapanpun, libatkan Dia dalam segala usaha dan perbuatan. Bahwa semua apa yang terjadi berjalan atas kehendakNya. Bukan kehendak kita.
Apa guna memikirkan kekayaan terus menerus, sedangkan Allah kau lupakan. Merasalah bahagia dan bersyukur atas apa yang sudah kita peroleh. Tunjukanlah kepadaNya kebehagian kita akan karuniaNya. Ucapkanlah dalam hati “alhamdulillah”. Maka nikmat itu akan ditambah melebihi apa yang kita bayangkan.