Sesungguhnya Amal itu Tergantung Pada Niatnya Kunjungi Kami!

Melawan Membuatmu Kuat tak Terbantahkan

Diciptakan dengan kemampuan untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Bukan seberapa kuat, tetapi seberapa tangguh diri dalam menghadapi apapun. Beberapa mahasiswa yang mengejar gelar Ph.D mengatakan, untuk menyelesaikan kuliahnya yang dibutuhkan 10% intelegensi, 90% sikap dan mental. Termasuk bagian mental adalah kemampuan untuk bertahan.

Tiap kali ada yang mengajak untuk duluan—khawatir tidak kebagian—justru saya anjurkan untuk bertahan saja. Keinginan untuk disegerakan terkadang membawa kepada upaya yang tidak maksimal dan mengindahkan hal-hal kecil. Ibarat anak umur dua tahun dipaksakan disuruh push up. Jelas, masih belum waktunya. Semua akan tumbuh pada masa perkembangannya masing-masing. Agar tepat tumbuh, bukan cepat tumbuh diperlukan daya bertahan dan ketangguhan.

Pada tahun 2014, tepatnya Hari Kamis 13 Februari Gunung Kelud Meletus melontarkan abu vulkanik hingga menutupi seluruh Pulau Jawa, bahkan hingga Madura-Bali. Terdapat 12.304 bangunan hancur dengan anggaran kurang lebih 55 miliar rupiah. Saat itu, saya ingat betul bagaimaan kondisi di depan rumah, di perjalanan dan tempat-tempat lainnya. Hampir terututup abu dengan ketebalasan hingga 3 cm. bahkan, paman ikut meninggal karena ternyata abu vulkanik itu sangat berbahaya terutama bagi penderita penyakit jantung. Dalam kondisi itu, kekuatan terbesar adalah menerima keadaan hingga muncullah ketangguhan. 

Ketangguhan akan kondisi yang sedang atau telah dihadapi didapatkan daripada nilai-nilai agama, norma sosial, kekeluargaan dan pertemenan. Agama mengajarkan setiap kesulitan pasti akan diikuti oleh dua kemudahan. Norma sosial mengajarkan untuk hidup bergotong royong, bahwa dengan bersikap tangguh ikut mendorong terwujudnya masyarakat yang solid. Selain itu, kekeluargaan dan pertemanan juga orang yang ikut merasakan dampak saat ketangguhan telah keropos. Ia akan menjadi beban bagi keluarganya dan lingkungan pertemanan. Sebaliknya, ketangguhan menghadap sesuatu sehingga berhasil juga ikut membahagiaan para keluarga dan pertemanan.


Dalam Islam, kehidupan dunia tak begitu berarti untuk diperjuangkan hingga mati. Dalam arti, hidup sia-sia jika hanya untuk mengerja dunia dan meninggalkan akhirat. Akibatnya, bekerja tidak lagi sungguh-sungguh, mencari nafkah secukupnya dan tak mau memikirkan tetangganya. Rasulullah bekerja sebagaimana biasanya, bahkan etos kerjanya mampu menimbulkan respek pada kalangan Kafir Quraish. Tidak lagi, karena kejujuran yang sempurna. Tidak meninggalkan dunia, tetapi menjadikan dunia sebagai sarana ibadah dan penghambaan kepada Allah SWT. 

Islam mengajarkan arti kesabaran, lebih dari sekedar ketangguhan. Sabar berarti menerima sesuatunya—musibah atau hal di luar harapan—sebagai bagian dari perjalanan kehidupan, kemudian menghadapinya dengan penuh kepercayaan yang penuh harapan. Bahwa, esok akan “baik-baik saja” kalau dipersiapkannya sekarang dengan sangat baik. Kesabaran bukan soal menerima dengan diam, tetapi dengan penuh keyakinan akan dibuka pintu lain yang lebih baik, atau dengan waktu yang belum bisa dipastikan. 

Maka sudah jelas, ketangguhan tak bisa serta merta dipaksakan tanpa didahului oleh sebab. Yaitu, kesabaran. Ada dua hal, pertama bahwa Allah memerintahkan hambanya untuk memohon pertolongan kepadaNya dengan kesabaran dan sholat—was ta’inu bis shabri was sholah. Mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat. Karena sesungguhnya, sholat itu akan terasa berat kecuali bagi orang yang khusyu’. Kedua, kesabaran dapat membantu setiap aktivitas kehidupa seseorang. Ketiga, kesabaran adalah bagian daripada iman. 

Kerja keras mungkin masih relevan, tetapi kerja cerdas dan kerja dengan hati tentu akan berbeda. Apaguna kekayaan bermilyaran, tetapi memberi nasi sepiring saja untuk tetangganya yang kelaparan tak mampu? Ketangguhan hanya menyentuh aspek kerja keras dan cerdas. Untuk dapat bersentuhan dengan aspek hati—spritual, maka perlu didasarkan pada kesabaran dan ditujukan sebagai bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT.


About the Author

Master of Psychology | Writer | Content Creator | Adventurer

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.