Sesungguhnya Amal itu Tergantung Pada Niatnya Kunjungi Kami!

Gus Juga Butuh Rihlah

Penerbit NUHA Media Utama

Ia keluar dari pintu lobi hotel. Hotel sederhana di pusat kabupaten ujung pulau madura. Kaos oblong putih, sarungan dan menuntun seorang anak laki-laki. Pertemuan yang sudah lama dijanjikan dan direncanakan. Senang rasanya bertemu teman lama. Teman masa kuliah.

Gus yang satu ini agak berbeda, salutlah. Tak tampakkan nasabnya yang mulia, berbaur dengan orang biasa macam diri saya ini. Ia tak sungkan duduk bersama dan mengobrol di pelataran hotel bagian luar. Sebelumnya, saya sudah berjanji untuk bertemu. Bahkan berbulan-bulan sebelumnya. 

“Whonten acara apa Gus?” Tanyaku.

“Acara keluarga.”

“Di Guluk-guluk bagian yang mana, Gus? Atau jangan-jangan keluarga yang dari Jombang itu?”

“Lah, kok tahu?”

“Tahu Gus, umi dulu pernah berkata memang di situ masih ada kekerabatan dari ‘Jalur Kediri’.”

Tak lama kemudian, seorang laki-laki paruh baya datang sowan kepadanya. Anaknya dipondokkan di pesantren di situ—pondoknya Gus Shava. Terjadilah perbincangan. Saya menyimak penuh perhatian; pembicaraan seputar Sumenep, sampai mengenai usulan dan masukan untuk pondok. 

Tak lama jam menunjukkan 16.40 WIB. Tak terasa sudah 40 menitan saya berjumpa. Saya pun pamit undur diri. Ba’da sholat maghrib ada acara yang tak bisa ditinggal. Sementara, beliau bersama gus-gus yang lain akan ada acara keluarga di Guluk-guluk. 

***

Mobil-mobil masih berjejeran seperti sore kemarin. Mulai dari alphard, fortuner reborn, hatta panther lawas juga hadir. Maklum, perjalanan beliau para gus-gus termasuk jauh; dari Kediri, Jombang, Situbondo, Banyuwangi. Saya duduk menunggu di balik mobil, dengan tanpa kepastian. Mengingat, pesan di kontak belum dibalas. 

Tak lama, ada satu gus lainnya yang mobilnya bermasalah. Akinya kayaknya lemah. Akhirnya, dengan gus yang lain saya ikut membantu mendorong untuk memancing arus listrik ke mesin.  Berunungnya, mobil panther lawas itu akhirnya hidup juga. 

Saya pun kembali menunggu di samping mobil jazz yang saya tumpangi. Sedikit su’ul adzab, terparkir di samping mobil para gus-gus yang notabene adalah putra para kyai kyai besar. Beberapa waktu kemudian, Gus Shava datang meletakkan barangnya ke mobilnya. Saya dekati beliaunya, saya menanyakan perihal perjalanan selanjutnya untuk tadabbur alam ke pantai. Jawabannya adalah Pantai Sembilan di Pulau Giligenting dan selepas jam 12.00 dilanjutkan ke Gili Labak. 

“Nggeh pun, Gus. Kulo Tunggu di Dermaga Tanjung-Saronggi”

Saya lansung bersama istri menuju tanjung sembari mencari topi pantai pesanan beliau. Pagi-pagi sekali meski toko tutup. Tapi semoga saja dapatkan barang yang dicari. 

***

Alhamdulillah, di tengah perjalanan saya mendapati toko aksesoris. Meski sayangnya hanya menemukan satu topi pantai. Tapi gak apa-apalah, daripada tidak menemukan sama sekali. Maklum, madura kondisinya lagi panas-panasnya.

Setelah menunggu hampir satu jam lebih. Akhirnya Gus Shava bersama rombongannya tiba. Mobil terparkir di tempat yang telah disediakan. Ada sekitar 30-50 mobil terparkir pada tempat yang telah disediakan. 

Saya ajak istri untuk sowan kepada istrinya. Sebelum pamitan, saya antar beliau ke dermaga hingga naik perahu untuk menyeberang ke pantai sembilan. Kurang lebih ada tiga perahu besar dengan jumlah rombongan lebih dari seratus orang. 

Posting Komentar

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.